Talking To The Moon

Kamis, 12 April 2012
Terlihat kembali sinarmu kawan..
kesejukan selalu ku rasakan saat ku melihat sosok bundarmu
selalu ada memori lama muncul setiap kali melihat sinar redupmu
memang redup, dan tak sekuat matahari, namun dengan sinarmu kutemukan setiap serpihan dari ingatanku dulu yang selalu ku rangkai dibawah terpaan sinarmu. memoriku saat aku masih dalam perjuangan keluar dari SMA, saat aku masih berjuang dengan harapan mampu menempati universitas yang saat ini telah berhasil ku duduki.
Kawan, kala itu, setiap mimpiku ku rangkai dibawah sinar terangmu, kala itu kawan.. ku ceritakan semua cita-citaku padamu, karena ku rasa hanya kau yang bisa mendengar dan mengamini apa yang ku ucapkan, walau sebatas dalam diammu.
Kawan, sejak saat itu ku mulai senang jika memandang dirimu. . ., senang bila melihat terbitmu di kaki langit timur setiap senja datang.
kawan, telah banyak hal yang kau saksikan atas diriku, ingatkah kau ?
kala itu, diatas atap rumah, tempat favoritku untuk bercengkrama denganmu, kau saksikan aku menangis karena aku gagal pmdk, hanya kau yang menemaniku kawand, walau kau hanya diam, namun kau mampu berikan ketenangan hanya melalui sinar redupmu,
ingatkah kawan,. kala itu diatap genteng rumah, sering ku utarakan padamu, bagaimana aku benar-benar tertarik untuk menjadi seorang dosen, atau paling tidak menjadi peneliti. Suatu mimpi yang terlalu sederhana dimata orang, namun justru besar bagi diriku,
kawand. . . kini, aku telah berhasil sampai di kota Solo, dan menjadi mahasiswa di universitas yang ku inginkan. Berhasil menduduki bangku dijurusan yang walaupun bukan keinginanku, namun q mencoba untuk menyukainya.,,
Kawan, malam ini kulihat sosokmu kembali terlihat dilangit kota Solo, sosokmu yang sama persis saat kulihat pada saat aku masih belum memiliki status mahasiswa, Bulan yang sama, yang kulihat ditempat yang berbeda.
Aku terharu kawan,, karena betapa menyadari bahwa ribuan tahun yang lalu, tubuhmu pernah terbelah oleh tangan suci Rasullullah SAW. Terharu, saat menyadari bahwa kala itu kau juga ikut menyinari perjalanan hijrah Rasulullah bersama sahabat dimalam yang gelap.
Setiap serpihan yang memori itu muncul setiap aku melihat sosok bundarmu. Bukan kenangan mengenai laki-laki yang sering diungkapkan perempuan muda masa kini. Namun.. kenangan mengenai desa tempat aku tumbuh dewasa, mengenai atap rumah yang selalu menjadi tempat kita bercengkrama, aroma angin malam yang menjadi selingan ditengah cerita kita, dan cerita mengenai setiap orang yang pernah kukatan padamu, Saroful yang benar-benar menyakitkan hati, Govar yang sering bercerita dengan bahasa yang terkadang berlebihan dan sulit dicerna, Helmy yang ceria namun kadang konyol, Ayu yang cuek namun tetap menyenangkan, dan Alm Heru, kawanku yang telah kembali ke pangkuan Allah SWT. Semoga kau juga meneranginya di surga sana.
Setiap waktu dimana aku dapat melihat dirimu kembali, bagiku sungguh berharga. Karena dengan melihatmu muncul, seakan aku mampu melihat diriku yang dulu, kau, dengan sinar lembutmu, mampu menjadi penenang bagi siapapun yang membutukan kehangatan seorang temann.
Terimakasih kawan, telah menjadi inspirasi untuk tulisanku kali ini,


0 komentar:

Posting Komentar