Benarkah Bakat Anak Muda Mayoritas hanya Menari dan Menyanyi?? Agent of Change, Benarkah?

Sabtu, 17 Maret 2012
Sejak lahir seluruh manusia telah dibekali dengan bakat dan potensi dalam dirinya masing-masing. Dengan bakat itulah manusia bisa belajar berkembang dan mengembangkan segala hal yang ada dilingkungan sekitarnya. 
Menurut penulis, bakat dan potensi memiliki perbedaan yang mendasar, jika potensi merupakan kemampuan terpendam yang dimiliki setiap orang dan hanya  bisa terangkat kepermukaan jika ada suatu tindak lanjut khusus untuk mengembangkannya, namun bakat adalah kemampuan dasar yang memang ada sejak manusia tersebut lahir, sehingga bakat tersebut tetap bisa terlihat seiring dengan berkembangnya usia manusia tersebut.
Bericara mengenai bakat, tentu tak lepas dari subyek yang bersangkutan. Namun disini yang akan lebih banyak dibicarakan adalah manusia-manusia yang berusi produktif, khususnya para remaja dan anak muda.

Pemuda merupakan anggota masyarakat yang sangat berpotensi untuk membuat suatu perubahan dalam diri masyarakat yang bersangkutan. Dengan adanya bakat dan potensi yang terpendam dalam diri pemuda-pemuda tersebut, para pemuda bisa memberikan suatu gerakan yang progres bagi masyarakat luas. Bahkan pemuda sekarang digembar gemborkan sebagai bagiand dari Agent of change... Namun benarkan sebutan itu masih bisa diberikan pada pemuda zaman sekarang???

Jika melihat karakter anak muda saat ini, mungkin kurang pas jika dikatakan sebagai bagian dari Agent of Change, bisa dilihat dari realita saat ini, kemajuan tekhnologi dan komunikasi justru disalahgunakan untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan norma dan nilai masyaraka, Perekamana dan pengunduhan video porno oleh siswa-siswa dengan seragam almamater mereka seolah menjadi hal biasa, membajakan jejaring sosial dengan tujuan menjatuhkan nama pihak tertentu dengan tulisan-tulisan yang tidak bermoral telah menjadi bagian dari budaya di Internet. Aksi anarkis dan pembunuhan hanya karena disebabkan oleh salah paham tulisan status yang terposting di facebok telah menjadi hal yang menjamur dimasyarakat saat ini. Harga diri seorang perempuan bisa ditukar dengan nilai rupiah, perkawinan muda menjadi tradisi dari masyarakat karena telah terdoktrin bahwa pendidikan bagi putra putri mereka tak lebih dari hal yang hanya menghabisakan uang semata tanpa adanya manfaat yang bisa didapat secara materiil. Narkoba menjadi tren terkini yang sangat digemari oleh seluruh kalangan dari bangku PT bahkan telah menjamah kehidupan anak SD.

Lalu inikah yang bisa dikatakan sebagai kontribusi dari Agent of Change itu sendiri???? 

Memang jika dilihat tak seluruhnya hal tersebut merupakan kesalahan dari anak muda yang bersangkutan, pengaruh lingkungan dan pendidikan moral dari orang tua juga sangat menentukan perkembangan dari anak muda itu sendiri. Remaja dan Pemuda hanyalah sosok yang memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap segala hal baru yang ada dilingkungannya, tak terkecuali rasa ingin tahu mengenai Narkoba, Seks Bebas dan Video Porno. Telah menjadi fakta umum bahwa pengawasan dan pendidikan moral dari orang tua, kepedulian sosial dari masyarakat juga pengaruh dari lingkunganpun juga memiliki pengaruh besar tentang perkembangan karakter pemuda saat ini. Pendidikan formal disekolah hanyalah sebatas mensosialisasikan norma dan nilai yang berkembang dalam masyarakat dan mentransfer ilmu pengetahuan bagi para siswanya. Namun perkembangan moral dari para genarasi muda ini paling banyak ditentukan dari lingkungan primernya.
Tapi realitanya saat ini. justru banyak orang tua yang lebih bangga putranya menjadi bagian dari dunia entertainment. Banyak orang tua yang menjuruskan putra putrinya menjadi penyanyi dan artis dadakan melalui banyak acara program pencarian bakat yang saat ini banyak digelar oleh stasiun tivi swasta. Mereka lebih bangga jika anaknya tampil ditelevisi dengan menenteng gitar ditangan dan bernyanyi dihadapan banyak orang, lebih bangga anaknya menjadi artis yang terkenal secara instan ditengah banyaknya saat ini artis yang namanya telah menjamur di negeri Indonesia. Mereka lebih bahagia jika putra putrinya tampil dengan pakaian yang kadang tak pantas disebut dengan busana dan menari didepan banyak orang. Mereka lebih memilih putra putrinya menjadi penghibur dilayar kaca daripada melakukan suatu hal yang berguna bagi pengabdian di masyarakat. Mereka memilih agar anak-anaknya terkenal secara mendadak daripada menjadi pemuda yang berkontribusi besar bagi masyarakatnya, atau setidaknya menjadi pemuda yang mampu berperan aktif dimasyarakatnya dan mampu memperbaiki kehidupan masyarakat Indonesia yang saat ini belum banyak perubahan yang terlihat. 

Tanpa disadari saat ini di Indonesia telah banyak artis yang memiliki nama besar, yang juga pandai menyanyi dan menari, terlalu banyak grup-grup band musik yang membanjiri ranah hiburan di tanah air. Terlalu banyak hingga menjadi benar-benar membosankan. Lantas tak adakah inovasi baru dari para pemuda Indonesia selain hanya menjadi seorang penari dan penyanyi yang justru tak memiliki kontribusi sedikitpun bagi masyarakat Indonesia. Banyak contoh yang menunjukan bahwa artis yang terkenal secara mendadak, ketenaran mereka tak akan bertahan lama seperti dengan harapan mereka. Namun jika mereka mampu menjadi pihak yang berperan dalam memperbaiki, atau paling tidak berperan positif dalam masyarakatnya, nama mereka akan selalu di ingat oleh banyak orang, jika dibandingkan menjadi bintang layar kaca yang mungkin nama besarnya tak bertahan lama.

Negeri ini tak lagi membutuhkan artis-artis muda baru hanya untuk memenuhi layar kaca dengan penampilan mereka, tanpa memberikan kontribusi apapun bagi lingkungannya, namun negeri ini membutuhkan sosok yang benar-benar mampu menjadi Agent of Change bagi masyarakatnya. Agar Indonesia tak hanya dikenal sebagai negara yang memiliki pemuda yang hobi menyanyi dan menari. Pemuda adalah nyawa dari nama besar negara ini. Generasi inilah yang bisa mengangkat nama besar Indonesia agar lebih barmartabat di mata internasional.
Menjadi Agent of Change?? mungkin sebagian dari mereka merasa hanyalah kaum intelek yang bisa menjadi seperti itu. Seperti The Great Founding Father "Ir, Soekarno", Bung Hatta, Moh Yamin, Bung Tomo dan lain sebagainya, adalah tidak benar jika mereka memiliki pemikiran seperti itu, untuk mampu menjadi seorang yang bisa bermanfaat bagi lingkungannya, mereka tak harus memiliki IQ diatas 250, tak harus memiliki kecerdasan otak seperti Bung Karno, tak harus memiliki kepandaian seperti BJ.Habibie, tak harus mampu berorasi seperti Bung Tomo, dan tak harus memiliki gelar "MAHASISWA" disuatu perguruan tinggi ternama. Menjadi Agent of  Change cukup memiliki niat dan kemauan dari hati masing-masing pemuda, banyak tokoh-tokoh terkenal di planet ini, yang mampu menciptakan sejarah besar bagi peradaban di bumi ini. Thomas Alfa Edison, menjadi penemu lampu pijar tanpa harus menyelesaikan pendidikan dasarnya, beliau hadir sebagai tokoh penyumbang manfaat bagi masyarakat bumi justru dengan latar belakang pendidikan sed erhana dari ibunya sendiri. Albert Enstein, ilmuwan penemu atom, mampu mengukir prestasi ditingkat internasional, bahkan namanya hingga saat ini selalu dikenang oleh masyarakat dunia, Beliau mampu berkarya tanpa melalui pendidikan formal dalam hidupnya. Dan, Pemimpin agung umat muslim di dunia, Nabi Muhammad SAW, mampu menjadi pimpinan seluruh umat muslim dibumi tanpa harus memiliki latar belakang pendidikan sedikitpun dalam hidupnya, bahkan beliau menduduki peringkat pertama dari 100 jajaran orang yang memiliki pengaruh besar bagi peradaban dunia.

Apakah mereka semua terjun kedunia hiburan menjadi penyanyi dan penari????

Sudah saatnya menjadi sesuatu yang berbeda, menemukan inovasi baru untuk merubah pemuda Indonesia benar-benar menjadi Agent of Change bagi negeri ini.

BY : Kartika Rahmat Sari . D

0 komentar:

Posting Komentar