Terlihat kembali
sinarmu kawan..
kesejukan selalu ku rasakan saat ku melihat sosok bundarmu
kesejukan selalu ku rasakan saat ku melihat sosok bundarmu
selalu ada memori
lama muncul setiap kali melihat sinar redupmu
memang redup, dan
tak sekuat matahari, namun dengan sinarmu kutemukan setiap serpihan
dari ingatanku dulu yang selalu ku rangkai dibawah terpaan sinarmu.
memoriku saat aku masih dalam perjuangan keluar dari SMA, saat aku
masih berjuang dengan harapan mampu menempati universitas yang saat
ini telah berhasil ku duduki.
Kawan, kala itu,
setiap mimpiku ku rangkai dibawah sinar terangmu, kala itu kawan.. ku
ceritakan semua cita-citaku padamu, karena ku rasa hanya kau yang
bisa mendengar dan mengamini apa yang ku ucapkan, walau sebatas dalam
diammu.
Kawan, sejak saat
itu ku mulai senang jika memandang dirimu. . ., senang bila melihat
terbitmu di kaki langit timur setiap senja datang.
kawan, telah banyak
hal yang kau saksikan atas diriku, ingatkah kau ?
kala itu, diatas
atap rumah, tempat favoritku untuk bercengkrama denganmu, kau
saksikan aku menangis karena aku gagal pmdk, hanya kau yang
menemaniku kawand, walau kau hanya diam, namun kau mampu berikan
ketenangan hanya melalui sinar redupmu,
ingatkah kawan,.
kala itu diatap genteng rumah, sering ku utarakan padamu, bagaimana
aku benar-benar tertarik untuk menjadi seorang dosen, atau paling
tidak menjadi peneliti. Suatu mimpi yang terlalu sederhana dimata
orang, namun justru besar bagi diriku,
kawand. . . kini,
aku telah berhasil sampai di kota Solo, dan menjadi mahasiswa di
universitas yang ku inginkan. Berhasil menduduki bangku dijurusan
yang walaupun bukan keinginanku, namun q mencoba untuk menyukainya.,,
Kawan, malam ini
kulihat sosokmu kembali terlihat dilangit kota Solo, sosokmu yang
sama persis saat kulihat pada saat aku masih belum memiliki status
mahasiswa, Bulan yang sama, yang kulihat ditempat yang berbeda.
Aku terharu kawan,,
karena betapa menyadari bahwa ribuan tahun yang lalu, tubuhmu pernah
terbelah oleh tangan suci Rasullullah SAW. Terharu, saat menyadari
bahwa kala itu kau juga ikut menyinari perjalanan hijrah Rasulullah
bersama sahabat dimalam yang gelap.
Setiap serpihan yang
memori itu muncul setiap aku melihat sosok bundarmu. Bukan kenangan
mengenai laki-laki yang sering diungkapkan perempuan muda masa kini.
Namun.. kenangan mengenai desa tempat aku tumbuh dewasa, mengenai
atap rumah yang selalu menjadi tempat kita bercengkrama, aroma angin
malam yang menjadi selingan ditengah cerita kita, dan cerita mengenai
setiap orang yang pernah kukatan padamu, Saroful yang benar-benar
menyakitkan hati, Govar yang sering bercerita dengan bahasa yang
terkadang berlebihan dan sulit dicerna, Helmy yang ceria namun kadang
konyol, Ayu yang cuek namun tetap menyenangkan, dan Alm Heru, kawanku
yang telah kembali ke pangkuan Allah SWT. Semoga kau juga
meneranginya di surga sana.
Setiap waktu dimana
aku dapat melihat dirimu kembali, bagiku sungguh berharga. Karena
dengan melihatmu muncul, seakan aku mampu melihat diriku yang dulu,
kau, dengan sinar lembutmu, mampu menjadi penenang bagi siapapun yang
membutukan kehangatan seorang temann.
Terimakasih kawan,
telah menjadi inspirasi untuk tulisanku kali ini,